REVIEW : MAHASISWI BARU - Hallo sahabat
shasaarsip, Pada Film yang akan anda lihat kali ini dengan judul REVIEW : MAHASISWI BARU, kami telah mempersiapkan Film ini dengan baik untuk anda nikmati dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Film 2019,
Film Acceptable,
Film Comedy,
Film Film,
Film Indonesia,
Film Mahasiswi Baru,
Film MNC Pictures,
Film Review,
Film Review Mahasiswi Baru,
Film Romance, yang kami posting ini dapat anda pahami. baiklah, selamat menikmati.
Judul :
REVIEW : MAHASISWI BARUlink :
REVIEW : MAHASISWI BARU
Baca juga
REVIEW : MAHASISWI BARU
“Kehilangan bukan alasan buat berhenti berjuang. Tapi alasan untuk terus bergerak.”
Apa yang pertama kali terlintas di benakmu saat mendengar kata “maba” atau mahasiswa/i baru? Remaja polos dari kampung yang membawa mimpi besar-besar ke kota? Atau remaja dengan penampilan bergaya yang mencoba untuk memberikan impresi bagus kepada senior di kampus? Apapun definisimu untuk “maba”, satu hal yang bisa dipastikan adalah usianya berada di kisaran 18 hingga 20 tahun. Karena bagi sebagian besar orang, status “maba” erat kaitannya dengan remaja yang baru saja selesai menimba ilmu di SMA. Sebuah pandangan yang tak sepenuhnya salah mengingat jarang ditemukan pria/wanita berusia di atas 30 tahun yang memutuskan untuk mengambil studi S1, sekalipun bukan berarti sama sekali tidak ada. Dalam produksi terbaru MNC Pictures yang bertajuk Mahasiswi Baru, sutradara Monty Tiwa (Matt & Mou, Pocong the Origin) mencoba menghadirkan sedikit pelintiran dengan mengusung premis: bagaimana jadinya kalau seorang nenek berusia 70 tahun memilih menjadi seorang mahasiswi untuk pertama kalinya? Sebuah premis yang sedikit banyak mengingatkan pada Life of the Party (2018) dan Helicopter Eela (2018), meski kedua judul ini tak seekstrim Mahasiswi Baru yang benar-benar menampilkan seorang nenek (bukan lagi ibu rumah tangga berusia 40-an!) sekaligus menyuarakan pesan “usia bukanlah penghalang bagi seseorang untuk belajar”. Terdengar menggugah selera, bukan?
Dalam Mahasiswi Baru, kita diperkenalkan dengan seorang perempuan berusia 70 tahun bernama Lastri (Widyawati) yang tinggal bersama dengan putri, Anna (Karina Suwandi), dan menantunya, Amri (Iszur Muchtar). Suatu hari, didorong oleh keinginannya untuk memenuhi impian sang cucu, Lastri mengambil sebuah keputusan besar yang membuat putri beserta menantunya terhenyak. Lastri akan kuliah di Universitas Cyber Indonesia, Yogyakarta. Mengingat usianya yang tidak lagi muda, keputusan Lastri jelas mengundang rasa heran dari orang-orang di sekelilingnya. Tapi pembawaannya yang ramah, ceria, serta berani membuatnya mudah untuk bersosialisasi di kampus. Dalam waktu singkat, Lastri telah berkawan akrab dengan Sarah (Mikha Tambayong) yang modis, Danny (Morgan Oey) yang terobsesi dengan media sosial, Reva (Sonia Alyssa) yang cerdas, serta Erfan (Umay Shahab) yang kritis. Kedekatan Lastri bersama teman-teman barunya ini membawanya terlibat ke dalam berbagai persoalan yang seketika membuat Anna pusing lantaran sang ibu mendadak berubah menjadi seorang pemberontak. Keterlibatan Lastri dalam serentetan masalah di kampus ini juga mengancam statusnya sebagai mahasiswi setelah dekan fakultas, Chaerul (Slamet Rahardjo), menjatuhkan ultimatum: Lastri hanya diperkenakan untuk lanjut kuliah asalkan IPK memenuhi standar. Apabila IPK terbukti berada dibawah rata-rata, maka dia dipersilahkan untuk mengundurkan diri.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGP4FqSZXV8_oaOUQ2DQy_JdINf7GRjaacD_1bWNZ8iOOzxSvup-DkITgGy5Q8PwjX4IMGlTBBpWtHVPN39-8Cv2rG8ZnAFc0mltTX1Vdk74TPQrFMGSvtwoVNYAEoqk2fJx7lHTu-UGs/s320/MahasiswiBaru4.jpg)
Sebagai tontonan yang menapakkan diri di genre komedi, Mahasiswi Baru sejatinya menghibur. Guna memantik tawa penonton, Monty Tiwa pun memberi kita rentetan adegan yang menyoroti upaya Lastri untuk berbaur bersama teman-teman mudanya dengan gaya yang acapkali nyentrik nan janggal. Entah itu mengucap istilah-istilah kekinian, terlibat tawuran, menginterupsi ceramah dekan, sampai membangkang. Melihat seorang nenek yang menikmati masa muda di era 70-an bertingkah polah selayaknya remaja masa kini jelas mengundang gelak tawa dan itulah jualan utama Mahasiswi Baru. Ndilalah, Widyawati menyanggupi dalam memerankan Lastri yang jiwa remajanya kembali mengembang. Aktris senior ini terlihat bersenang-senang dengan peran yang dimainkannya secara santai. Kita terbahak akibat polahnya, kita pun gemas dengan kegenitannya. Kegenitan yang timbul tatkala beliau bersanding dengan Slamet Rahardjo yang diposisikan sebagai sang love interest. Keduanya membentuk chemistry padu yang memungkinkan adegan “ajakan untuk berdansa” maupun “orang spesial” terasa manis sampai-sampai penonton ikut tersipu-sipu malu dibuatnya. Mereka betul-betul tampak seperti dua orang kesepian yang sedang kasmaran! Disamping para pemain senior yang turut mencakup Karina Suwandi sebagai putri yang kelabakan, Mahasiswi Baru juga disokong pemain-pemain muda kompeten seperti Morgan Oey yang sekali ini terasa mengesalkan, Umay Shahab yang menunjukkan kapabilitasnya dalam menangani adegan dramatik, serta Sonia Alyssa yang mengundang simpati.
Performa jempolan dari jajaran pemain Mahasiswi Baru ini membantu film untuk tetap menjalankan tugasnya dalam menghibur penonton yang nyaris terbengkalai akibat naskah beserta penggarapan yang kurang konsisten. Memilih untuk bersenang-senang dengan memotret gegar budaya yang dialami oleh Lastri jelas tidak keliru, hanya saja, film urung menjlentrehkan soal motivasi si tokoh utama dalam mengikuti perkuliahan. Ketimbang menggalinya yang berarti menunjukkan pula kegigihan perjuangannya untuk bertahan di kampus, si pembuat film justru berfokus pada gila-gilaan semata seraya menjabarkan motif Lastri sekenanya saja di klimaks. Alhasil, sulit untuk menambatkan simpati pada karakter ini. Saya tak merasa diajak untuk memberi Lastri dukungan dalam menuntaskan studi, saya juga tak merasa ada sesuatu yang dipertaruhkan ketika dirinya mendapat peringatan dari dekan. Jika dia drop out, apa yang menjadi masalah? Pertanyaan ini sulit terjawab karena film tidak memberikan kesempatan untuk mengenal Lastri secara mendalam. Malah, film turut menyelipkan subplot kelewat dramatis mengenai nasib salah satu karakter yang sebetulnya tidak berdampak signifikan ke narasi utama kecuali agar persoalan besar bisa diselesaikan dengan amat mudah. Menilik betapa besar potensi Mahasiswi Baru untuk mengundang haru biru melalui guliran pengisahan, saya jelas menyayangkan keputusan-keputusan ini. Beruntunglah film masih mempunyai barisan pemain dengan performa ciamik dan momen komedi yang tereksekusi dengan baik, sehingga paling tidak saya masih bisa tergelak sekalipun hati terasa kosong.
Acceptable (3/5)
Demikianlah Film REVIEW : MAHASISWI BARU
Sekianlah Film REVIEW : MAHASISWI BARU kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan Film lainnya.
Anda sekarang sedang melihat Film REVIEW : MAHASISWI BARU dengan alamat link https://shasaarsip.blogspot.com/2019/08/review-mahasiswi-baru.html
0 Komentar