Recents in Beach

Rahasia Uang Mengalir Dari Internet Hanya Dalam 30 menit!

REVIEW : US

REVIEW : US - Hallo sahabat shasaarsip, Pada Film yang akan anda lihat kali ini dengan judul REVIEW : US, kami telah mempersiapkan Film ini dengan baik untuk anda nikmati dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Film 2019, Film Film, Film Horror, Film Jordan Peele, Film Lupita Nyong'o, Film Mystery, Film Outstanding, Film Review, Film Review Us, Film Review Us Film, Film Thriller, Film US, yang kami posting ini dapat anda pahami. baiklah, selamat menikmati.

Judul : REVIEW : US
link : REVIEW : US

Baca juga


REVIEW : US


“They look exactly like us. They think like us. They know where we are. We need to move and keep moving. They won’t stop until they kill us… or we kill them.”

Dikenal sebagai seorang komedian, siapa yang menyangka jika Jordan Peele ternyata amat lihai dalam meramu sajian horor yang sanggup membuat para penontonnya merasa tidak nyaman? Dalam debut penyutradaraannya, Get Out (2017), yang menghantarkannya meraih piala Oscars untuk kategori Naskah Asli Terbaik, Peele memang tidak menggedor jantung penonton dengan penampakan-penampakan memedi maupun gelaran adegan sadis. Dia memberikan mimpi buruk melalui “rumah calon mertua yang penuh rahasia”dimana white supremacy ternyata masih dijunjung tinggi dibalik penampilan luar serba toleran dan terbuka. Bagi masyarakat Amerika Serikat yang tengah dirundung persoalan rasisme – dan sejatinya ini terjadi pula ke berbagai belahan dunia – apa yang disampaikan oleh Peele di sini terasa relevan. Mewakili keresahan publik terhadap situasi sosial politik yang semakin gonjang-ganjing khususnya bagi masyarakat dari kalangan minoritas. Alih-alih terdengar ceriwis, komentar si pembuat film justru terasa efektif berkat kecakapannya dalam bercerita dimana isu yang mendasari keresahannya lantas diwujudkan sebagai sumber teror. Entah bagi kamu, tapi bagi saya, manusia memang tampak lebih mengerikan ketimbang makhluk-makhluk supranatural semacam hantu lantaran ada ancaman nyata yang ditunjukkan terlebih saat mereka dibutakan oleh nafsu berbalut kebencian. Bukankah terdengar mengerikan saat manusia rela menghalalkan segala cara hanya demi memenuhi kepuasan pribadi? Peele menyadari betul hal itu sehingga dia pun kembali memanfaatkan sisi gelap manusia sebagai “sang peneror” dalam film terbarunya, Us, yang ternyata oh ternyata… terasa lebih mencekam dibanding film perdananya!

Seperti halnya Get Out, karakter utama yang menggerakkan roda penceritaan dalam Uspun berasal dari satu keluarga kelas menengah. Yang kemudian membedakannya adalah personil keluarga yang menjadi sentral cerita di sini kesemuanya berkulit hitam serta tidak memiliki persoalan dengan white supremacy maupun rasisme. Mereka tampak bahagia, mereka pun tampak normal. Bahkan mereka mempunyai sebuah villa di dekat pantai yang dapat dimanfaatkan untuk berlibur dan melepas penat. Jadi, apa yang mungkin salah kali ini? Well, (lagi-lagi) seperti halnya Get Out dan tentu saja realita dalam kehidupan ini, tidak ada manusia yang sempurna. Seseorang yang terlihat bahagia seolah tidak memiliki beban hidup pun dapat menyimpan sebuah rahasia kelam yang tidak pernah terbayangkan oleh siapapun. Dalam konteks Us, rahasia tersebut dipendam oleh Adelaide Wilson (Lupita Nyong’o) yang rupanya memiliki pengalaman traumatis semasa kecil saat bertandang ke taman hiburan di dekat pantai. Dia bertemu dengan doppelganger atau seseorang yang memiliki kemiripan wajah dengannya sampai-sampai Adelaide tak sanggup berbicara selama beberapa saat. Saking eratnya Adelaide menyimpan rahasia ini, tak seorang pun yang mengetahuinya termasuk sang suami, Gabriel (Winston Duke – rekan main Nyong’o dalam Black Panther), dan kedua anaknya, Zora (Shahadi Wright Joseph) beserta Jason (Evan Alex). Rahasia yang telah dipendam oleh Adelaide selama tiga dekade lamanya ini perlahan mulai tersingkap saat keluarga Wilson mendapat kunjungan tak terduga di villa pada malam ini. Kunjungan tak terduga yang jauh dari kata bersahabat dari satu keluarga yang seluruh personilnya memiliki kemiripan fisik dengan Adelaide, Gabriel, Zora, maupun Jason. Hiii… ngeri!


Berbeda dengan Get Out yang membutuhkan waktu cukup lama untuk memanas, Us telah menebar kengerian sedari prolog. Bukan tipe kengerian bertabur jump scares dimana penonton dibuat terkaget-kaget oleh kemunculan suatu entitas dengan iringan musik yang telah diatur untuk senantiasa berada dalam volume tertinggi, melainkan tipe kengerian yang membuat hati merasa was-was. Penonton dikondisikan untuk merasakan ada sesuatu yang salah di sekitar Adelaide cilik saat dia berkunjung ke taman bermain bersama kedua orang tuanya. Apa itu dan darimana asalnya? Hanya Tuhan dan tim pembuat film yang mengetahui. Yang jelas, kenyamanan saya sudah terusik sedemikian rupa sehingga tak lagi bisa duduk dengan tenang di kursi bioskop. Saya hanya bisa menanti dengan cemas seraya bertanya-tanya: apa yang akan menimpa Adelaide di menit berikutnya? Sesuai dengan prediksi, kemalangan tersebut memang pada akhirnya menghampiri si gadis cilik. Melalui adegan pembuka ini, saya menjumpai rasa penasaran lain untuk menemukan relevansinya dengan narasi utama. Sebelum kita mendapati jawabannya, penonton diperkenalkan terlebih dahulu kepada keempat karakter utama yang konfigurasinya terdiri dari Adelaide yang tampak menyimpan banyak kecemasan, Gabriel yang selow abis mengikuti fungsi karakternya sebagai comic relief, Zora yang cenderung acuh tak acuh terhadap kondisi sekitar, serta Jason yang sedikit nyentrik. Peele mengupayakan agar kita membentuk ikatan dengan mereka sehingga saat teror berwujud home invasion secara resmi dimulai, kita pun menaruh kepedulian atas nasib keempatnya. Kita berharap banyak agar mereka dapat terlepas dari bencana ini.

Setelah “para kembaran” mulai memasuki arena penceritaan, Us yang tadinya sempat mengalun santai pun tak lagi memperkenankan para penontonnya untuk menghela nafas lega. Adegan kucing-kucingan antara keluarga Wilson dengan kembaran mereka yang mendominasi sebagian besar durasi mampu dihantarkan dengan sangat mencekam oleh Peele berkat ketelatenannya dalam meramu berbagai macam bahan baku. Bahan baku yang dimanfaatkan oleh si pembuat film antara lain: 1) pemilihan gambar yang menguarkan nuansa yang bikin bulu kuduk meremang, 2) penyuntingan yang rapat, 3) iringan musik menghantui bernafaskan orkestra yang dibawakan oleh paduan suara, 4) jalinan penceritaan yang sarat komentar sosial, serta 5) performa para pelakon yang mendefinisikan kata “sinting”. Ya, bahan baku ini memang kurang lebih senada dengan Get Out. Hanya saja, Peele memilih untuk menggeber teror yang tertampang nyata sedari mula dalam wujud “kembaran jahat” yang mengenakan pakaian terusan berwarna merah dan membawa gunting tajam alih-alih menyembunyikannya. Melalui mereka, penonton seolah diminta membayangkan, “bagaimana jika kamu ternyata memiliki saudara kembar yang sangat keji dan tidak segan-segan menghabisimu?”. Melalui mereka pula, penonton diajak berkontemplasi mengenai sisi kelam manusia yang merupakan pesan utama dari Us. Kita acapkali mempunyai ketakutan terhadap orang lain yang berbeda dari segi warna kulit, agama, ras, strata sosial, hingga cara berpikir sampai-sampai muncul prasangka bahwa mereka adalah ancaman. Mereka adalah musuh terbesar umat manusia yang harus diperangi atau minimal, dikucilkan. Tapi bagaimana jika ternyata selama ini musuh terbesar yang harus diperangi adalah diri kita sendiri? Bagaimana jika ternyata kita memiliki pemikiran-pemikiran kejam dan ‘menyimpang’ yang tak pernah sekalipun kita sadari? Bagaimana jika ternyata kita bukanlah “orang baik” seperti yang kita bayangkan?


Komentar menggelitik pemikiran mengenai “musuh terbesar manusia yang sesungguhnya” ini berpadu pula dengan komentar lain bernada sosial politik terkait opresi terhadap kaum minoritas serta privilege yang dipunyai masyarakat kelas menengah. Tak sekalipun terkesan menceramahi, komentar ini justru memberikan daya tarik tersendiri bagi Uslantaran menyodori bahan bagi penonton untuk berdiskusi selepas menonton termasuk membedah simbol-simbol yang ditebar sepanjang durasi (contoh: apa makna Jeremiah 11:11? Hands Across America?) dan mempelajari karakter Adelaide beserta sang doppelganger yang disebut Red. Jika sederet orbolan ini terdengar berat untuk dicerna – terlebih kalau kamu hanya ingin memperoleh hiburan – tak perlu risau karena Peele masih akan memanjakanmu dengan rentetan teror yang bikin jantung berdegup kencang. Ada momen-momen sunyi yang menggelisahkan, ada adegan pertikaian berhiaskan muncratan darah, ada elemen laga di saat para karakter inti berusaha melarikan diri dari “sang kembaran”, dan paling penting, ada Lupita Nyong’o yang penampilan hebatnya akan memberimu mimpi buruk. Dia terlihat amat tangguh sekaligus rapuh saat melakonkan Adelaide yang dihantui oleh trauma masa lalu, sementara saat menghidupkan karakter Red… well, tatapan matanya pun sudah bikin terkencing-kencing. Adegan saat Red mengajak keluarga Wilson berdialog di depan perapian ruang tunggu merupakan salah satu momen emas yang dipunyai Us. Tengok air mukanya, amati gesturnya, dan dengarkan suara paraunya, maka kamu pun tak ingin berbuat macam-macam dengannya karena sudah jelas Red adalah salah satu villain paling mengesankan dalam sejarah sinema horor.

Outstanding (4/5)




Demikianlah Film REVIEW : US

Sekianlah Film REVIEW : US kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan Film lainnya.

Anda sekarang sedang melihat Film REVIEW : US dengan alamat link https://shasaarsip.blogspot.com/2019/03/review-us.html

Posting Komentar

0 Komentar